Jumat, 02 Juli 2010

Cinta Zahra

Aku ingin bercerita sesuatu padamu. Ini tentang kisahku. Perkenalkan Namaku Zahra. Aku tinggal di pinggiran kota di daerah Sumatera Selatan. Aku tinggal di lingkungan Pondok Pesantren. Hampir 7 tahun aku hidup di lingkungan pesantren ini. Aku sangat bersyukur bisa sekolah sekaligus menimba ilmu agama yang lebih di Pesantren ini. Di Pesantren inilah kisahku bermulai.
Saat itu aku masih duduk kelas 2 Madharasah Alyiah, setingkat   SMA gitu… Suatu hari, pagi-pagi sekali seperti biasa Aku menyibukan diri dengan kegiatan rutinku.  Hari itu hari minggu. Kehidupan di Pesantren sangat beda dengan di luar. Kalo biasanya di luar hari minggu mereka pada libur, tapi beda di Pesantren. Justru kami malah banyak kegiatan, terutama bersih-bersih. Karna hanya hari minggu saja ada waktu besih-bersih, selain    hari itu, gak ada waktu lagi. Dari mulai bangun tidur sampai hendak tidur lagi kami digembleng untuk menuntut sebuah ilmu. Baik dunia maupun akhirat.
Pagi ini cahaya matahari begitu cerah. Langit nan biru pun  tak mau kalah cerahnya. Hari ini suasana Pesantrenpun tersana berbeda, padahal sudah bertahun-tahun Aku tinggal di Pesantren. Tapi hari sangat beda. Ngak tau kenapa yang membuat hari ini berbeda.
Saatnya  nyuci (he,eee…) tapi Aku kehabisan blau (semacam pemutih pakaian, tapi bukan pemutih). Blau biasanya di gunakan anak pesantren untuk memutihkan mukena. Tapi saat itu aku lagi kehabisan, ya terpaksa Aku harus beli dulu. Aku beli masih dalam lingkungan Pesantren. Di sana di sediakan Koperasi yang memjual kebutuhan para santri-santri. Sesaat ku melangkah menuju Koperasi. Di sana ada kak Anto (bukan nama sebenarnya,red). Beliau yang jaga koperasi saat itu, Dia kakak tingkatku. Kak Anto 2 tingkat di atasku, dan dia sekarang sudah lulus dari Pesantren tapi masih tinggal disitu. Kalo bahasa Pesantren beliau ngabdi. Selain itu beliau juga sambil kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Kotaku.
“ kak, ada blau ?” sapaku
“ kebetulan lagi habis dek, besok ya..”
Tanpa berkata lagi Aku membalikkan badan dan meninggalkan Koperasi. Sekilas saat di Koperasi tadi ada kawan kak Anto, Aku sempat melihatnya sedikit. Ehm…maksudnya sebentar (he,ee). Walaupun tak begitu jelas.
   
Beberapa hari kemudian, ketika ba’da shalat maghrib. Seperti biasa kami mulai belajar lagi. Kami belajar diniyah. Namun ketika hendak masuk kelas kak Anto menghampiriku.
“ Zahra, ada salam dari Iwan.”
“ Wa’alaikumussalam… Iwan yang mana kak ?“
“ yang tadi pagi di Koperasi”
Tak lama kemudian kak Anto pergi meninggalkanku.
Aku coba ingat-ingat temen kaK Anto tadi, karna tadi juga tak begitu jelas. Ternyata susah mengingat-ingat sesuatu yang tak jelas. Tanpa pikir panjang Aku langsung masuk kelas.

            Tak lama setelah itu, hari berganti hari. Tibalah di hari sabtu. Saat itu di sore hari, Aku dan teman-temanku sedang latihan Upacara Bendera untuk persiapan hari Senin nanti. Aku melihat dari jauh kak Anto sedang berjalan dan menghampiriku. Ternyata benar Ia menghampiriku.
            “ Zahra , ada titipan dari kak Iwan.”                Sambil memberiku sepucuk surat kepadaku.
            “ yang kemarin ya kak ? maksih ya kak.”
            “ ya”
Aku belum membuka apa isi surat itu, Au simpan dulu di saku bajuku. Tak lama setelah itu Aku masuk kamar Asramaku dan membaca surat tadi.
            Awalnya biasa saja, tapi lama kelamaan Aku mulai terlarut dalam lembutnya kata-kata yang     disampaikan dalam surat itu.
           
Semenjak surat itu, Aku pun membalasnya. Dan kami akhirnya jadi akrab walaupun hanya melalui sebuah coretan pena. Kak Iwan, ternyata satu kampus dengan kak Anto. Bahkan mereka satu kelas. Saat itu Ia baru semester 2  F-KIP. Nama lenkapnya Ahmad Iwan Al Azmi, tapi biasa di panggil Iwan.

Aku masih ingat tulisan yang Ia berikan padaku tentang “ keindahan seorang wanita”.
Ini salah satu isi dari suratnya…..

v     Apakah sesuatu yang di katakana Indah bagi wanita itu?
v     Apakah yang mempercantik dan memperindah wanita di depan mata orang-orang yang memandangnya?
v     Apakah yang menyebabkan wanita mendapat penghormatan dari orang lain?
v     Apakah yang mempercantik wanita itu adalah kebaya yang di pakainya? Atau gemerlapnya perhiasan yang menaburi dirinya. . ? atau make-up dan warna-warni yang terdapat pada wajahya. . .???
*      Jawabnya, , ,Tidak. . ! sekali-kali tidak, , ,semua itu bukan ukuran kecantikan atau keindahan diri wanita. Sesungguhnya Syari’at ISLAM yang sesuai akal sehat dan Fitrah yang benar telah mengatakan bahwa” Terindah dalam diri Wanita adalah Rasa Malunya. . .”

Dan Ia juga menulisakan ku sebuah syair indah, mengenai Cinta. . .

“Ya Allah jika Aku Jatuh Cinta, Cintakanlah aku pada Seseorang yang melabuhkan Cintanya pada-Mu
Agar bertambah kekuatan untuk MenCintai-Mu...
Ya Allah...jika aku jatuh hati,Izinkanlah aku menyentuh hati Seseorang yang hatinya tertaut
pada-Mu...
agar tak terjatuh aku dalam jurang Cinta yang Semu...
Ya Rabbana. . .jika aku jatuh hati. . .
jagalah hatiku padanya agar tak berpaling dariMu. . .
Ya Rabbul Izzati. . ,jika aku rindu, , ,rindukanlah pada Seseorang yang merindui Syahid di Jalan-Mu. . .
Ya Allah . . .jika aku rindu, , ,jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindui Syurga-Mu. . .
Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah terhimpun dalam Cinta pada-Mu. . .
telah berjumpa dalam Taat pada-Mu. . .
telah berpadu berjumpa membela Syari’at-Mu. . ..
Kukuhkanlah Ya Allah. . .ikatannya, , kekalkanlah Cintanya.
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu. . .yang tiada padam.
Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu. . .dan keindahan bertawakal di jalan-Mu. .

(Amin.n.n.n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)

Hampir setahun sudah Aku dan Kak Iwan kenal, tapi hanya melalui sebuah surat. Kami belum pernah ketemu sekali pun. Pada akhirnya kami saling tukar foto. Tapi hal itu, tak menjawab kejauhan kami.

Tiba akhirnya Aku telah lulus dari Aliyah, Alhamdulillah nilai yang ku peroleh cukup memuaskan. Rencana awal Aku pengen kuliah ke luar Kota. Tapi Ibuku tak menyetujuinya. Dengan terpaksa Aku menuruti permintaan Ibu, agar tetap kuliah di sini. Aku kuliah di salah satu Perguruan Tinggi keagamaan. Menggambil jurusan Tarbiyah. Wajar saja Ibuku tak setuju Aku Kuliah di luar kota. Dari MTS hingga Aliyah Aku sudah tinggal di Pesantren dan jauh dari Orang Tua. Ya terkadang 6 bulan sekali Aku yang pulang kerumah atau orang tua ku yang dating ke Pesantren untuk menjengukku. Tapi seandainya Aku kuliah di luar Kota, tentu Ibu ku sangat berat, semakin jauh saja. Ya wajar saja Aku anak Perempuan pertama. 

Bersambung.....!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar